Tanah air Indonesia, tempat kita dilahirkan, tempat kita tumbuh, bermain, belajar, mencari nafkah, dan berbagi kebahagiaan bersama keluarga. Semua itu seperti mengalir begitu saja, tak terasa kini kita bahkan telah lama hidup dan bekerja, mengukir sejarah di negeri ini. Tidak banyak dari kita yang memikirkan secara khusus tentang tanah air ini, karena kita sedang hidup dalam ketenangan, kedamaian, kebahagiaan, seiring dengan kemajuan bangsa yang terus berkembang menjadi lebih baik.

Antara kita ada yang pernah mendapatkan kisah dari orang tua maupun nenek moyang di mana dahulu mereka mempertaruhkan segalanya, harta, jiwa, raga, untuk memperjuangkan, mempertahankan, menjaga, dan melindungi tanah air ini dari cengkeraman penjajah selama berabad-abad lamanya. Tak terhitung lagi berapa generasi yang telah dilalui, mereka semua seperti untaian yang tak terpisahkan satu sama lain dari berabad-abad lalu hingga sampai pada kemerdekaan. Mereka dulu mungkin tidak berpikir negara ini akan maju seperti apa, akan menjadi modern seperti apa, yang mereka rindukan adalah kemerdekaan. Harapan itupun menjadi kenyataan, cita-cita mereka telah tercapai, Indonesia akhirnya merdeka dari penjajahan panjang lintas zaman.

Pertanyaannya, apakah kemerdekaan telah dicapai?

Dalam konteks kedaulatan, jawabnya iya, negara ini, Indonesia raya telah merdeka. Lalu adakah konteks lain yang belum terjawab? Itu yang ingin kita cari tau jawabannya. Mari kita tilik makna kemerdekaan ini dalam konteks yang lebih luas. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “merdeka” selain berarti “bebas” juga berarti “tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu; leluasa”. Berdasarkan makna ini, jika Indonesia masih banyak bergantung pada pihak luar, belum leluasa mengendalikan berbagai aspek, itu berarti masih ada sisi kemerdekaan yang belum kita rebut dan menjadi PR besar untuk kita sebagai bangsa Indonesia.

Seperti yang penulis sampaikan di awal, nenek moyang kita dulu membentuk sebuah untaian panjang untuk menggapai cita-cita mereka, yaitu kemerdekaan yang terus diwariskan ke generasi berikutnya. Kini untaian itu ada di tangan kita semua yang saat ini sedang menjalani hidup di tanah air ini. Mereka tentu sangat menginginkan estafet cinta tanah air ini agar diteruskan oleh siapapun yang hidup kemudian.

Perwujudan cinta tanah air tidak harus sama di setiap zaman, tidak harus sama di setiap insan, tidak harus sama dalam tantangan. Yang harus sama adalah adanya kebaikan yang dihadirkan.

Saatnya kita memulai. Siapapun diri kita, semua dapat mengekspresikan diri mencintai tanah air dan menghadirkan kebaikan untuk negeri ini tanpa henti hingga akhir masa. Siapapun kita, petani, nelayan, guru, dosen, mahasiswa, pedagang, manager, programer, dan sebagainya, baik yang tua maupun yang muda, tak terkecuali, bahkan perusahaan sekalipun dapat melakukannya. Pertanyaan berikutnya, apa yang dapat kita lakukan?

Ingat kembali makna sebuah kemerdekaan yang harus terus kita jaga untuk negeri ini, yang berarti “tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu; leluasa.” Jadikanlah makna itu sebagai visi dalam setiap tindakan kita untuk negeri ini. Supaya kita menyadari akan pentingnya hal tersebut, marilah kita renungkan, apakah negeri ini sudah bebas dan tidak terikat? apakah negeri ini masih bergantung banyak pada negara lain?, apakah negeri ini masih belum leluasa bergerak, mengatasi problem, dan menyejahterakan rakyatnya?, jika jawabannya masih belum itulah tugas kita, jika kita semua mencintai tanah air ini, lakukan apa saja yang positif yang dapat mengubah keadaan itu.

Cinta tanah air bagi seorang programmer

Sudah tak asing lagi perkembangan di bidang TI saat ini melaju begitu pesat dan sangat disruptif. Kecepatannya bahkan sangat sulit dikejar bagi para ahli. Yang dibutuhkan tidak sekedar kekuatan, kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan, tapi juga strategi dan tata kelola yang baik. Team work menjadi sangat relevan dalam hal ini. Bekerja sendiri memang masih bisa menghasilkan sesuatu yg berguna, tapi tidak akan cukup untuk menghasilkan yang hebat dan luar biasa, sinergi sangatlah dibutuhkan.

Padahal kebutuhan di setiap negara sangatlah besar terhadap perkembangan teknologi informasi. Jika kebutuhan negeri ini terhadap TI masih banyak bergantung pada negara lain, ini justru akan mengikis kemerdekaan. Selain itu tren teknologi informasi justru akan menjadi sangat dominan di masa yang akan datang. Inilah saatnya para programmer berperan lebih aktif untuk mengisi kekurangan ini dengan meningkatkan kemampuan, tidak hanya pada hard skill tapi juga soft skill. Perjuangan kemerdekaan dalam teknologi informasi ini akan membuahkan hasil yang lebih baik. Tanamkanlah dalam diri masing-masing agar tidak sekedar untuk menghasilkan sesuatu berdasarkan tugas dari atasan atau kebutuhan proyek, tapi juga untuk menghasilkan karya yang lebih baik dari produk negara lain. Hal tersebut tak lain agar produk dalam negeri memiliki posisi yang strategis di kancah internasional, minimal Indonesia semakin banyak memanfaatkan produk IT dari dalam negeri dan mengurangi ketergantungan dari luar.

Mengekspresikan Diri, Mencintai Tanah Air, dan Melanjutkan Untaian Cita-Cita untuk Kemajuan Bangsa
Baca juga: Menyambut Merdeka Belajar Kampus Merdeka pada Feeder 4.0

Cinta tanah air bagi mahasiswa

Mahasiswa merupakan bagian yang sangat penting bagi pendidikan di indonesia. Fondasi yang sudah ditanamkan di pendidikan dasar dan menengah harus didukung oleh pendidikan tinggi. Keberadaan mahasiswa menjadi sangatlah penting untuk membentuk arah perkembangan pendidikan di masa mendatang. Mahasiswa inilah kelak yang akan menjadi penggerak dalam segala bidang.

Keberadaan mahasiwa yang didukung oleh perguruan tinggi, akan menghasilkan karya-karya dalam berbagai bidang pengetahuan, baik ilmu murni maupun ilmu terapan. Mahasiswa inilah yang nantinya akan berkiprah di dunia industri, pendidikan, teknologi, dsb. Bagi mahasiswa mencintai tanah air berarti mempersiapkan diri untuk menjadi penggerak kemajuan bangsa, membangun negeri, menjadi pemimpin masa depan yang disegani dunia.

Cinta tanah air bagi instansi seperti eCampuz

eCampuz lahir dari rahim salah satu universitas ternama di Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2003. Sejak itulah eCampuz mulai memberikan kontribusi dalam pendidikan tinggi. Membangun sistem informasi akademik untuk kampus UGM dengan percaya diri dan penuh semangat. Perjuangan itu membuahkan hasil yang nyata, sistem di UGM diimplementasikan dan berjalan dengan baik. Setelah beberapa tahun, tiba saatnya eCampuz kecil bermain keluar rumah, dengan penuh harapan untuk menjelajah Indonesia dan membawa bekal pengalaman yang lebih dari cukup.

Setiap tahun berlalu, eCampuz terus tumbuh menjadi dewasa, berkeliling nusantara, dari Aceh hingga Merauke, berbagi ilmu, wawasan, pengalaman, dan solusi bagi segala bentuk perguruan tinggi yang disinggahinya. eCampuz tidak memilih, kampus yang sudah sangat besar dan maju, kampus yang sedang berkembang, bahkan kampus yang baru berdiri sekalipun dikunjungi dan disapa. Baik kampus dengan puluhan ribu mahasiswa maupun kampus yang mahasiswanya dapat dihitung dengan jari juga menjadi klien eCampuz. Tidak hanya itu saja, berbagai ragam proses bisnis perguruan tinggi pun sudah pernah ditanganinya, sebut saja sebagian politeknik yang menerapkan status lulus mahasiswa pada setiap semester, adapula kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang biasa diterapkan pada fakultas kedokteran dan fakultas kedokteran gigi, adapula yang menerapkan bisnis proses dan pelayanan perguruan tinggi yang unik, semua itu menjadikan eCampuz semakin yakin betapa kehadirannya sangatlah dibutuhkan perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualiatas pendidikan tinggi di tanah air.

Mengekspresikan Diri, Mencintai Tanah Air, dan Melanjutkan Untaian Cita-Cita untuk Kemajuan Bangsa
Baca juga: Laporan PDDIKTI Selesai dalam Satu Helaan Nafas dengan eFeeder

Banyaknya pengalaman bukan berarti eCampuz merasa yang paling baik, eCampuz terus belajar dan menyempurnakan segala hal untuk meningkatkan kualitas pelayanan perguruan tinggi, sesuai visinya “Menjadi bagian integral kualitas proses pelayanan perguruan tinggi di Indonesia”. Setiap perkembangan kebijakan kementerian terus diikuti, dipelajari, dan kemudian diimplementasikan untuk memenuhi kebutuhan civitas academica dan pemangku kepentingan di kampus, tidak hanya bagi pengambil keputusan, tapi juga para operator, dosen, mahasiswa, dan masyarakat yang berinteraksi dengan kampus. eCampuz menyediakan update terus menerus agar kampus dapat memenuhi laporan Neo Feeder dengan lancar, data yang lengkap, valid, tepat waktu, dan terintegrasi dengan data nyata akademik. eCampuz juga tanggap terhadap perubahan kebijakan baru dari pemerintah sebagai contoh Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Sudah banyak klien yang melaksanakan MBKM ini dengan dukungan sistem yang disediakan eCampuz. Diantaranya, Universitas Riau (UNRI), ISI Yogyakarta, Universitas Cenderawasih (Uncen), Universitas Papua (Unipa), dll.

Semua itu dilakukan eCampuz untuk kebaikan bangsa, untuk melanjutkan perjuangan kemerdekaan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan proses pelayanan perguruan tinggi, untuk mendukung Indonesia lebih maju dalam perguruan tinggi. Dengan kata lain eCampuz hadir tidak sekedar mengekspresikan cintanya kepada negara ini, tapi juga menyokong dan menumbuhkan rasa cinta tanah air bagi mahasiswa melalui dukungan sistem yang memadai dan berkualitas di perguruan tinggi.

***

Jari ini tak mungkin bisa berhenti jika menceritakan semua ungkapan cinta, semua orang dengan beragam profesi dapat melakukannya, namun yang terpenting adalah niat yang tulus, dengan niat yang tulus akan memandu gerak raga untuk melakukan tidakan yang benar dan jauh dari kekeliruan, jangan sampai tujuannya untuk membangun bangsa tapi cara yang dilakukan justru merugikan. Pastikan tanamkan niat yang ikhlas, lakukan yang terbaik untuk mengekspresikan cinta kita pada tanah air Indenesia. “Perwujudan cinta tanah air tidak harus sama di setiap zaman, tidak harus sama di setiap insan, tidak harus sama dalam tantangan, yang harus sama adalah adanya kebaikan yang dihadirkan.”

 

 

Sebuah karya dari Muhammad Rabiul Akhirin