Dear sobat eCampuz, jika kamu ingin menjadi yang terbaik dan memiliki kinerja di level tertinggi, maka ketakutan atas opini orang lain bisa jadi akan menghambatmu.

Pikirkan sebuah masa ketika kamu merasa sangat cemas atau panik. Misalnya, ketika berbicara di depan umum, mengangkat tanganmu di sebuah rapat besar atau berjalan di koridor panjang yang di kiri-kanannya ada orang yang nggak kamu kenal. Alasan kamu merasa ‘kecil’, takut dan tegang adalah karena kamu khawatir tentang pikiran-pikiran ini: “lingkungan tidak akan menerimaku”, “aku akan dijauhi”,  “aku akan diabaikan”. Istilahnya, social disapproval.

Ketakutan kita atas pandangan atau opini orang lain (saya singkat KAPO boleh yaa?) 😀 ini, agaknya lama-lama menjadi hal yang irasional dan gak berfaedah sama sekali yang sayangnya memberikan efek negatif yang tidak terbayang. Salah satunya adalah kinerjamu. 

Jika kamu mulai berhenti memperhatikan dirimu sendiri, entah itu bakat, atau keyakinan, atau nilai-nilai yang kamu yakini, dan mulai memberi energi dengan menebak-nebak apa yang kira-kira orang lain akan katakan tentang dirimu. Percayalah hal ini membuat pertumbuhan potensimu akan terhambat! Mandeg. Kamu akan mulai bermain ‘aman’ karena takut tentang konsekuensi dibalik kritik yang dialamatkan kepadamu. Kamu takut dijadikan bahan tertawaan, takut ditolak, dan ketika didebat, kamu akan menyerahkan sudut pandangmu begitu saja. Tidak ada keberanian bertanya di dalam forum karena kamu takut apa yang akan terjadi setelahnya. Ketika di dunia kerja, kamu tidak akan berani mengambil kesempatan promosi di depan mata karena kamu pikir, kamu tidak cukup layak. 

Fenomena KAPO ini adalah kondisi yang lumrah ketika kita menggunakan bagian otak primitif kita, yang terjadi juga pada generasi jauh sebelum kita. Rasa lapar atas persetujuan orang lain membuat para pendahulu kita berhati-hati dan banyak akal. Ribuan tahun yang lalu, jika seseorang gagal menjalankan tugas berburunya, posisi sosial di kelompoknya akan terancam.  Hasrat untuk selalu ‘cocok’ dan ketakutan tidak-disukai merusak kemampuan kita untuk mengejar kehidupan yang ingin kita ciptakan. Jalan kita sendiri. Ini menggarisbawahi mengapa kita perlu melatih dan mengondisikan pikiran kita. 

Hasrat untuk selalu ‘cocok’ dan ketakutan tidak-disukai merusak kemampuan kita untuk mengejar kehidupan yang ingin kita ciptakan. Jalan kita sendiri.

Jika kamu mengalami KAPO, ada beberapa cara untuk mengurangi intensitas respons stress dalam diri. Ketika kamu tahu bahwa KAPO sedang terjadi, pandulah dirimu sendiri dengan kalimat-kalimat yang membangun kepercayaan diri (misalnya, aku adalah pembicara yang baik, aku sudah bekerja keras dan sehingga dengan itu aku layak ada di titik ini, aku punya banyak hal baik yang ingin kusampaikan, aku siap jiwa raga untuk mengemban amanah baru itu). Pernyataan-pernyataan ini akan membantumu untuk fokus pada keahlian dan kemampuanmu (alih-alih komentar orang lain). Ambil nafas dalam-dalam dalam hitungan 5-6 detik, lalu lepaskan. Teknik ini akan memberikan sinyal pada otak bahwa Anda baik-baik saja, tidak dalam bahaya. 

Kamu dapat mulai dengan mengembangkan filosofi versimu sendiri, seperti sebuah frase yang menunjukkan nilai-nilai yang kamu percaya. Pete Carroll, pakar filosofi personal misalnya, memiliki filosofi “Ayo berkompetisi!”. Bagi Pete, frase baru saja itu berarti bahwa dia willing untuk meluangkan waktu setiap harinya bekerja keras, untuk menjadi orang yang lebih dan mencapai potensi terbaiknya. Filosofi ini bukan omong-kosong atau sekedar slogan hampa ya. Bagi Pete, “Ayo Berkompetisi” adalah kompasnya, memandu setiap aksi, pikiran dan keputusan-keputusan yang dia buat. Baik sebagai coach, sebagai ayah, sebagai teman. In every aspect of life. 

Ketika sampai pada filosofi personal ini, tanyakan dirimu beberapa hal:

  1. “Saat aku pada kinerja terbaikku, apa ya nilai-nilai yang mendasari pikiranku dan aksiku ini?”
  2. “Siapa ya, mereka-mereka yang memiliki karakter dan kualitas yang cocok atau selaras denganku?”
  3. “Apa saja ya kualitas-kualitas itu?”
  4. “Apa kutipan favoritku ya? Apa kata-kata yang aku sukai?”

Ketika sudah menemukan jawaban dari 4 pertanyaan ini, coba lingkari kata-kata yang paling menarik perhatianmu, pokoknya yang lo banget lah. Dan coret saja kata-kata lainnya yang tidak menggugah.  Setelah itu rumuskan frase atau kalimat yang selaras dengan dirimu secara persis, selaras dengan apa yang ingin dirimu hidupi. Coba bagi itu dengan keluarga atau sahabat, minta pandangan mereka. Berikan komitmen pada filosofi terpilihmu itu, dan jadikan semangat harian. 

Komitmenkan pada diri sendiri untuk melakukan filosofimu itu. Mulailah dari rumah. Ambillah risiko, jadilah orang aneh yang baik, alias jadilah dirimu sendiri. Coba juga lakukan di pekerjaanmu. Memberikan presentasi. Mengejar kesempatan promosi. Lakukan hal-hal yang dapat memantik opini orang lain. Ketika kamu merasa terasuki oleh kekuatan halus KAPO, simply terima saja dan hubungkan itu dengan filosofi personalmu tadi dan tujuan-tujuan besar yang ingin kamu raih. 

Bergeraklah maju, sambil mengumpulkan feedback dari orang-orang tersayang atau terdekat yang sangat peduli denganmu. Refleksi jujur adalah komponen vital untuk sebuah keahlian. Lakukan tips dari Brené Brown (peneliti sekaligus penulis buku Dare to Lead) ini. Siapkan kertas berukuran 3×3 cm. Nama-nama yang kamu paling hargai masukannya, tuliskan di kertas itu. Gak bisa muat banyak loh sobat eCampuz, jadi pilih betul-betul. Kalian junjung tinggi masukan-masukan dari nama-nama di dalam daftar pendek itu, dan biarkan suara-suara mengganggu lainnya hilang dan lenyap dibawa angin malam. Sesuaikan masukan mereka dengan pengalaman-pengalamanmu. 

Terakhir, ingatlah bahwa pertumbuhan dan pembelajaran itu mulai terjadi ketika kamu merasa, kamu sudah mentok.  Iya nggak? Menemukan dan menggunakan filosofi personalmu tidak hanya akan membuatmu menjadi diri sendiri, tapi juga akan membawamu untuk hidup dan bekerja dengan tujuan yang lebih besar, dan lebih penuh makna.