Esensi Program Nikah Massal

Pada tahun 2020 kemarin, Mendikbud Nadiem Makarim memperkenalkan program baru, yaitu Nikah Massal. Namun, nikah massal ala Mendikbud ini bukanlah nikah massal seperti kebanyakan orang kenal. Bukan program akad nikah antara sepasang laki-laki dan perempuan bersamaan secara massif. Lalu, apa maksud nikah massal ala mendikbud ini? 

Jadi begini sobat eCampuz, nikah massal yang dimaksud oleh Mendikbud Nadiem Makarim adalah program “Pernikahan Massal” pendidikan vokasi dengan dunia industri dan dunia kerja (DUDI). Dengan mempersiapkan lulusan dari pendidikan vokasi yang nantinya lulus akan sudah langsung dipinang dan mendapat pekerjaan  di dunia industri maupun dunia kerja.

Program nikah (Link and Match) merupakan sebuah kesesuaian dari apa yang mahasiswa akan pelajari di kampus dengan apa yang dibutuhkan oleh industri. Sehingga ketika mahasiswa sudah lulus dan menghatamkan semua teori maupun praktek selama kuliah, mereka sudah sangat siap untuk bergabung dan bekerja.

Program ini dilatar belakangi dari masalah banyaknya lulusan yang belum terserap secara maksimal oleh dunia industri. Selain itu, ada masalah lain seperti lulusan yang secara akademik sudah menamatkan gelar akademiknya namun ketika bergabung dengan dunia industri mereka belum siap atau justru belum bisa bekerja. Nah, program nikah massal ini hadir untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

 

Syarat Nikah Massal Ala KEMDIKBUD

Seorang lulusan perguruan tinggi harus mempunyai hard skill, soft skill, sekaligus integritas tinggi agar dapat bekerja secara profesional dan sesuai standar industri. Maka program ini diharapkan dapat mencetak lulusan kompeten dan sesuai dengan standar. Kemudian untuk mewujudkan program ini agar berjalan secara maksimal dan sesuai, ada upaya yang harus dilakukan bersama oleh kedua belah pihak. Yakni, antara perguruan tinggi dan industri. Apa saja upaya-upaya tersebut? berikut diantaranya: 

1. Penyesuaian Kurikulum 

Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dilansir dari media tirto mengatakan bahwa,

Kurikulum adalah syarat terpenting dalam program itu, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja, atau belum,“.

Maka kurikulum yang akan diterapkan di lingkungan kampus harus dirumuskan bersama oleh pihak perguruan tinggi dan industri. Hal ini dimaksudkan agar semua materi training dan sertifikasi bisa masuk ke dalam kurikulum yang diterapkan oleh perguruan tinggi. Sehingga lulusannya sudah benar-benar siap bekerja sesuai dengan kompetensi dan standar yang diharapkan oleh industri.

2. Kuliah Tamu 

Kuliah tamu yang dimaksud adalah mengundang pembicara dari lingkungan luar kampus untuk memberikan materi perkuliahan dan berdiskusi bersama para mahasiswa dan dosen. Pembicara dapat berasal dari praktisi DUDI atau dosen dari kampus lain. Dengan adanya kuliah tamu ini diharapkan dosen dan mahasiswa mendapatkan bekal wawasan baru untuk pemantapan langkah menuju masa depan, melihat tantangan dan peluang yang ada. 

3. Magang Industri

Kalau sobat eCampuz sedang mengenyam perkuliahan di program vokasi, tentunya tidak asing lagi dengan Program Magang Industri. Program ini berfungsi seperti pelatihan sebelum mahasiswa terjun secara nyata ke dalam dunia industri. Program ini dapat menjadi nilai plus mahasiswa agar terbiasa dengan dunia kerja. Apabila program ini dikelola dengan baik dan struktur, akan menghasilkan buah kerjasama yang manis antara kampus dan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri). Sehingga perkawinan massal yang menjadi goal utama, semakin mudah direalisasikan.

4. Perjanjian yang Kuat dan Resmi

Selayaknya perkawinan, program link and match kampus dan DUDI ini juga harus mempunyai kesepakatan yang baik serta kuatnya komitmen antara kedua belah pihak. Kampus harus menjalankan kurikulum yang disepakati dan mempersiapkan para mahasiswanya agar memiliki kompetensi tepat-guna, serta DUDI harus bersedia menampung lulusannya. Perjanjian kuat sekaligus kesepakatan terstruktur akan menghasilkan hubungan yang harmonis dan berkelanjutan. Sehingga program “nikah massal” ini benar-benar sukses dan tepat sasaran. 

5. Beasiswa

Beasiswa berasal dari kampus sendiri maupun pihak DUDI sebagai partner. Beasiswa ini dapat menjadi daya dorong untuk mahasiswa agar lebih tekun dan giat meningkatkan prestasi.

6. Bridging Program

Program bridging ini adalah kegiatan yang dibuat khusus untuk mahasiswa dan dosen supaya lebih mengenal tentang teknologi sekaligus proses kerja yang ada di industri secara langsung. Dengan program ini diharapkan para dosen dan mahasiswa mampu beradaptasi dengan proses kerja yang dilakukan oleh industri.

7. Sertifikasi Mahasiswa 

Sebagai penunjang kerjasama antara industri dan kampus, program ini sangatlah penting. Program sertifikasi mahasiswa sebagai tanda bukti konkrit bahwa mahasiswa mampu melaksanakan dan menyelesaikan sebuah standar kompetensi tertentu. Sertifikasi ini sangat penting untuk menunjang lulusan agar mampu bersaing dan mempunyai skill yang mumpuni.

8. Join Research

Join research atau kolaborasi penelitian ini bisa menjadi nilai plus bagi dosen dalam menunjang pengetahuan dan karir secara akademik. Namun selain itu, kegiatan join research dapat menjadi sarana pengamatan langsung terhadap kejadian-kejadian yang ada dalam lingkungan industri oleh dosen dan mahasiswa.

Dapat disimpulkan bahwa program ini merupakan langkah baru sekaligus tantangan sangat menarik bagi dunia kampus vokasi untuk lebih siap dan sigap, mempersiapkan lulusan agar mampu bersaing dan berkompetisi dalam bidangnya. Sehingga ketika mereka dinyatakan lulus, sudah siap untuk “dinikahkan” dengan dunia usaha dan industri. 

Sebagai penghujung tulisan ini, mari mengoreksi diri kita masing-masing. Sudah siapkah kita untuk menjalankan dan berkolaborasi dengan program nikah massal ini? 😀