Daya resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit.
Reivich dan Shatté, 2002
Saya ingin membawa Anda ke masa lampau.
Ingatlah masa kecil Anda, ketika bermain bola dan acapkali gagal mencetak gol yang mudah? Atau momen ketika SMP/SMA – ada pameran tahunan yang direncanakan menyuguhkan beberapa project sains, tapi Anda tidak dipilih menjadi anggota tim karena dianggap kurang berprestasi? Pada dua masa itu, apakah Anda masih mengingat perasaan-perasaan yang muncul dan cara Anda mengatasinya?
Bisa jadi Anda murung dan mengunci diri sepanjang waktu di kamar, atau bisa jadi juga Anda menambah porsi belajar dan latihan. Apapun respon yang Anda putuskan kala itu, Anda telah mengembangkan mekanisme pertahanan untuk melalui masa-masa sulit. Saya ingin menyampaikan bahwa ketika tiba masa Anda kuliah, masa pada mana Anda mulai dekat dengan fase karir, ‘mengunjungi’ momen-momen masa lalu seperti dua ilustrasi di atas, dapat membantu Anda lebih baik mengenali daya resiliensi Anda – sebagai seorang Mahasiswa.
Daya resiliensi dapat dipahami sebagai kemampuan untuk mengatasi berbagai situasi dan kembali dalam bentuk yang lebih kuat. Masa-masa kehidupan Anda sebelum dan ketika menginjak dunia kampus, rasanya sangat berbeda. Coba ya kita bahas 😁
Ketika masih sekolah, Anda mengalami berbagai macam proses untuk mulai memahami dan mengelola emosi. Anda mulai merasakan empati dan menunjukkannya kepada orang lain, mencoba membangun hubungan dengan orang lain, dan membuat keputusan. Proses yang membentuk Anda itu, ya kegiatan sehari-hari saja. Lutut Anda luka karena sering berlatih, atau Ulangan Tengah Semester jeblok padahal ya sudah belajar, atau bahkan Anda mengalami patah hati. Muehehehe.
Lalu ada orang-orang dekat yang membantu Anda, guru-guru, atau teman-teman. Mereka berikan rasa aman dan dukungan di masa remaja Anda, sembari Anda membangun daya teguh Anda sedikit demi sedikit.
Nah, kuliah ini agak berbeda. Sebuah studi yang dilakukan oleh THE HEALTHY MINDS STUDY pada tahun 2018 hingga 2019, melibatkan 4000 mahasiswa baru berusia di atas 18 tahun, menjelaskan bahwa 75% dari responden mengatakan bahwa mereka membutuhkan bantuan untuk problem kesehatan mental dan emosi yang mereka alami. Nah, sekarang kita di tahun 2020. Apakah lingkungan dan situasinya lebih baik dari 2018 dan 2019?
Bagi kebanyakan Anda terutama yang masih kuliah di tingkat satu, pandemi COVID-19 ini datang ketika Anda baru mulai menata diri dengan bentuk kebebasan unik ini. Pastilah juga masih membiasakan diri dengan banyaknya nama dan wajah asing yang tak Anda kenali, terlebih kalau area atau tempat kampus tersebut berada di lokasi yang jauh dari rumah tempat tinggal, ribuan tahun cahaya jaraknya 💫
Dan belum berhenti pada itu, karena pandemi COVID-19, tidak akan ada kesempatan magang di perusahaan, tidak ada kesempatan melihat wisuda kakak kelas, dan situasi perekonomian yang tidak menentu serta mengacaukan pasokan dan kebutuhan Anda sehari-hari sebagai mahasiswa baru. Ujian yang manis untuk daya resiliensi Anda.
Kita berharap seharusnya kecepatan fase hidup kita, normal-normal saja. Tapi dengan pandemi ini, semuanya terakselerasi termasuk Anda juga. Tantangannya adalah selama masa-masa kuliah ini, alih-alih nyungsep ke semak belukar, bagaimana caranya Anda menjadi sosok yang lebih tangguh?
Ada 4 saran, dikutip dari Harvard Business Review, untuk membangun daya Resiliensi Anda. Mari kita simak.
1. Kembangkan perasaan bahwa “Saya” kompeten
Ketika era pandemi COVID-19 ini, jadwal harian Anda pasti berubah. Tidak ada lagi pertemuan terjadwal untuk perkuliahan tatap muka. Mahasiswa harus lebih meningkatkan disiplin diri sekaligus luwes. Jadi perhatikan betul cara Anda menjadwalkan hari-hari Anda, buatlah sedemikian rupa yang Anda dapat pastikan segala tugas pasti selesai. Sensasi ‘rampung’ ini loh yang berarti. Jangan menumpuk mengerjakan tugas di satu malam. Gunakan aplikasi bantu gratisan seperti Trello untuk membantu mengelola prioritas.
2. Bergabunglah di komunitas
Setiap orang memiliki kebutuhan untuk rasa memiliki. Mengembangkan hubungan yang bermakna, penting dilakukan untuk membangun daya tahan diri, karena salah satu efek dari krisis adalah kita cenderung merasa makin terisolasi. Carilah komunitas yang Anda sukai di kampus, bergabunglah. Mungkin akan repot ketemuannya karena kampus ditutup dan semua pembelajaran dilakukan secara daring, tapi masih bisa gunakan media sosial, kok. Anda dapat saling menyemangati sesama anggota komunitas, dan itu sangat berarti.
3. Buat dirimu merasa berguna
Gunakan apa yang Anda miliki untuk membantu orang lain di sekitar Anda – di sela waktu tidak disibukkan dengan perkuliahan tentunya. Anda dapat saja membantu mengkoordinasikan penggalangan dana untuk masyarakat setempat yang terdampak ekonomi karena COVID-19 atau membantu proses onboarding adik angkatan untuk lebih dekat dengan kampus Anda. Ayo tanya ke diri masing-masing, bisa memberikan kontribusi apa saya di krisis ini? 😊 Anda juga bisa membantu para orang tua yang kesulitan melakukan video conference atau menjadi freelancer di perusahaan rintisan yang harus kehilangan banyak staf tetapnya. Pun dengan gaji awal tak seberapa, namun Anda dapat berkontribusi dan sekaligus juga belajar di dalamnya.
4. Kendalikan Hidupmu
Sebagai mahasiswa, wajar saja kalau selalu terpapar dengan bervariasinya opsi di depan mata. Matakuliah Pilihan apa saja yang perlu atau tidak perlu diambil, Teman se-kost-an / se-kontrak-an seperti apa yang paling cocok, profesi apa yang cocok selepas kuliah, dan seterusnya. Sering terpapar hal-hal semacam itu akan membuat Anda bingung dan memicu rasa cemas. Untuk dapat membuat keputusan yang baik dan melangkah dengan penuh percaya diri, Anda harus mengambil kendali penuh atas hal-hal yang bisa Anda kontrol. Caranya ? (1) Kendalikan faktor pemicu dan (2) kendalikan respons Anda.
Jangan mudah membiarkan semua hal masuk dalam keseharian Anda, yang berpotensi merusak sense ini. Platform video atau film online, atau postingan di media sosial misalnya. Prioritaskan hal-hal yang lebih penting seperti mengerjakan tugas, menulis atau membaca, melakukan aktivitas stress-relieving seperti mewarnai (doodling), menulis, atau meditasi.
Baca juga : Berhentilah Mengkhawatirkan Pikiran Orang Lain Tentangmu
Di atas itu semua, penting untuk diingat bahwa Anda harus terus menjadi pembelajar yang baik di setiap waktu. Sesuatu yang sedari kecil sudah Anda lakukan ketika mulai belajar mengendarai sepeda, dan Anda pupuk terus daya itu hingga sekarang kuliah.
Daya resiliensi yang terpupuk itu, akan membantu Anda lebih dalam lagi mengenali diri, membuat Anda terhubung kembali dengan pengalaman-pengalaman yang dulu Anda alami.
Tetap kalem, berpikir positif, terus belajar 😉 semangat!