Monitoring infrastruktur Kampus sudah menjadi hal yang mesti diperhatikan, seiring dengan nyaris hampir pasti semua kampus akan berhubungan dengan teknologi informasi. Baik itu hanya sekedar layanan website kampus, olahan data berformat Excel Workbook, MS Access, hingga infrastruktur canggih berupa perangkat-perangkat keras seperti Router, Server, Core Switch, Storage, Cluster Server dan perangkat keras lainnya. Dari semua itu, hampir semuanya akan terlibat dalam layanan data berbasis jaringan, baik via jaringan lokal (LAN/WAN) maupun publik (Internet). Layanan-layanan data itu antara lain : Sistem Informasi Akademik, Portal Akademik, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran Mahasiswa, Sistem Kepegawaian, hingga layanan Mobile Campus.

Karena berhubungan dengan layanan data yang di antaranya ditujukan untuk kebutuhan publik, maka layanan-layanan tersebut harus dijamin aktif 24 x 7 online. Sementara itu, risiko down akan selalu ada karena berbagai faktor : elektrik, network, faktor internal PC server, perangkat usang, hingga insiden akibat bencana alam. Karena itu semua, maka kebutuhan pengelola infrastruktur untuk mengetahui kondisi down, ataupun mengetahui kondisi threshold menjelang down, menjadi amat penting. Proses pemantauan/monitoring, saat infrastruktur sudah sangat banyak, akan membutuhkan bantuan alat lain, karena tidak mungkin dilakukan secara manual satu persatu.

Berikut ini akan diulas tentang perangkat monitoring jaringan / infrastruktur untuk Kampus, yang gratis, mudah diimplementasikan, dan dapat digunakan secara kombinasi sebagai salah satu solusi network di jaringan kampus, selain itu beberapa tools berikut sifatnya juga opensource.

aplikasi monitoring
Gambar 1. Salah satu layanan monitoring infrastruktur

1. The Dude

The Dude ini adalah produk dari Mikrotik. The Dude tersedia dalam paket installer untuk PC Windows dan Installer Mikrotik. Untuk pengguna Linux, tetap dapat melakukan instalasi dibantu dengan emulator : Wine. The Dude bisa didapatkan secara free, pada halaman download situs resmi Mikrotik : https://mikrotik.com/thedude. Setelah dilakukan instalasi, the dude dapat disetting dengan cara melisting seluruh perangkat yang perlu untuk dimonitoring. The Dude melakukan monitoring infrastruktur kampus dengan mendeteksi :

  • Ping ke agent yang dimonitor
  • SNMP hit pada agent yang dimonitor : CPU, Memory, disk space
  • Cek port pada agent yang dimonitor

Fitur pada The Dude cukup lengkap, antara lain :

  • Pengaturan user
  • Setting network
  • Setting perangkat
  • Setting notifikasi, notifikasi dapat diarahkan ke berbagai macam kanal, termasuk SMS Gateway dan Telegram
  • Log
  • Tools : winbox, telnet, ping, MRTG dan sejenisnya.
aplikasi monitoring
Gambar 2. Monitoring simple network dengan The Dude
Kelebihan dari The Dude ini adalah :
  • Instalasi mudah
  • Tampilan simpel dan mudah dipahami
  • Cukup cepat menandai kondisi down
aplikasi monitoring
Gambar 3. Log The Dude
aplikasi monitoring
Gambar 4. Integrasi dengan API Telegram, menghasilkan notifikasi langsung ke telepon seluler pemantau

2. Icinga 

Berbicara tentang Icinga, tentu berbicara tentang Nagios. Icinga adalah salah satu bentuk pengembangan dari Nagios, sebuah perangkat lunak untuk monitoring infrastruktur. Icinga/Nagios ini bentuknya adalah web-based. Berbeda dengan The Dude, Icinga tidak memerlukan GUI pada server. Cukup moda konsol biasa, menyalakan service HTTP, Icinga sudah dapat muncul dengan tampilan web, dengan user interface yang cukup baik. Icinga saat ini sudah pada versi terakhir 2.10.3. Icinga seperti The Dude, membaca peta SNMP yang ada pada host yang dipantau.

aplikasi monitoring
Gambar 5. Tampilan Icinga

Sayangnya, dalam pengalaman dengan menggunakan Icinga, di level system administrator (instalasi, konfigurasi), icinga ini agak tidak disukai. Mengapa? Karena icinga ini termasuk ribet dalam urusan konfigurasi. Cara penambahan monitored-host, tidak semudah klik add host, namun perlu sentuhan dari sysadmin untuk membuat file host di dalam server icinga.Icinga pada versi terkini, telah mengadopsi elasticsearch untuk menjamin sistem dashboardnya agar tetap fleksibel dan valid dalam penyajian data. Dalam masalah tampilan dan sajian data, icinga dapat dikatakan cukup populer digunakan. Di level end-user (pembaca dashboard) icinga cukup kompleks dan direkomendasikan untuk digunakan. Karena berbasis web, dengan database MySQL dan bahasa PHP, maka sistem notifikasi Icinga juga mudah diintegrasikan dengan kanal lain seperti SMS dan juga Telegram Messenger.

Icinga juga memiliki masalah dalam menjangkau network-network di balik firewall, karena metoda yang digunakan Icinga adalah hit SNMP. Dia akan kesulitan menjangkau beberapa server yang berlindung di balik satu IP publik. Sementara di masa kini, berkembangnya teknologi reverse proxy, para admin perusahaan besar ataupun startup, memilih menghemat IP Address publik dengan menggunakan metoda reverse proxy untuk menjamin kebutuhan.

Icinga pun membuat mekanisme sendiri dalam menangani hal itu. Icinga membangun sebuah icinga-agent, yang dapat diletakkan di dalam server-server yang dimonitor. Agent itu akan aktif mengirimkan data ke server Icinga.

 

3.  PHP Server Monitor

PHP Server Monitor ini adalah aplikasi monitoring berbasis web. Tersedia secara gratis dan bersifat kode sumber terbuka (opensource). PHP Server Monitor memiliki web official project di https://www.phpservermonitor.org/, sedangkan source code diletakkan pada situs SourceForge dan  Github. Dengan kekurangannya, PHP Server Monitor ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh The Dude ataupun Icinga. Kelebihan dari PHP Server Monitor ini antara lain :

  • PHP Server Monitor dapat memonitor hingga ke ranah konten web yang dimonitor
  • PHP Server Monitor dapat membedakan HTTP Response Code. Icinga ataupun The Dude hanya mengenal kondisi UP dan DOWN saja.
  • PHP Server Monitor dapat memonitor domain. Sehingga ketika sebuah server local di balik firewall, selama HTTP menyala dan dapat dipublikkan dengan bantuan teknologi reverse proxymonitored-host tetap dapat dimonitor dengan baik.
  • Dapat memantau sebuah aplikasi dengan dilengkapi HTTP Authentication

Sedangkan kekurangannya dibandingkan yang lain adalah :

  • Hanya melakukan hit HTTP, ping, dan port terhadap server yang dimonitor.
  • Tidak dapat mengenali CPU, Memory atau disk overload.
aplikasi monitoring
Gambar 6. Salah satu tampilan PHP Server Monitor

 

Jadi? Dapatkah kita memonitor aplikasi Sistem Informasi Akademik saja? Portal Akademik saja? API Server saja? Jawabannya sudah jelas, BISA

PHP Server Monitor memiliki kemampuan berintegrasi dengan Telegram melalui API yang telah disediakan telegram. Sehingga, saat server down, dapat langsung segera diketahui.

aplikasi monitoring
Gambar 7. Notifikasi PHP Server Monitor dengan Telegram


4. Zabbix Server

Zabbix adalah salah satu produk berlisensi GNU / GPL versi 2 yang sangat lengkap. Zabbix didesain untuk dapat memonitor seluruh isi server yang dimonitor, dengan cara menyiapkan Zabbix-Agent pada seluruh client yang akan dimonitoring. Dengan demikian Zabbix dapat melakukan monitoring server yang ada di balik firewall publik sekalipun, yang dengan The Dude atau Icinga tidak terjangkau. Karena dengan menggunakan zabbix-agent pada tiap server yang dimonitor, server yang dimonitor akan aktif melakukan pengiriman data ke zabbix-server.

aplikasi monitoring
Gambar 8. Contoh peta Zabbix monitoring

 

Dari sisi tampilan, Zabbix memiliki dashboard yang sangat representatif untuk dijadikan laporan. Fitur yang ditawarkan untuk dimonitor, mulai dari sekedar monitoring SNMP, hingga fitur penilaian SLA, disediakan oleh Zabbix.Pada gambar di atas, Zabbix server secara jalur hit SNMP normal akan dapat memonitor Server A, Server D dengan mudah. Namun akan kesulitan untuk memonitor server C dan B, karena berada di sebuah network lokal di balik firewall publik. Namun dengan bantuan Zabbix agent yang ditanam di Server C dan D, Zabbix server akan dengan mudah mendapatkan data kiriman dari Server C dan D.

aplikasi monitoring
Gambar 9. Salah satu model reporting Zabbix
aplikasi monitoring
Gambar 10. Salah satu tampilan report load CPU pada Zabbix

Namun demikian, Zabbix bukannya tanpa kelemahan. Zabbix memiliki masalah saat zabbix agent harus terinstall di infrastruktur server yang memiliki keterbatasan sumberdaya (CPU, Memory), sedangkan aktivitas load cukup tinggi. Dalam pengalaman tim kami, Zabbix agent akan mengalami peningkatan konsumsi CPU dan memory, saat yang dimonitor mengalami peningkatan beban (Load).

5. Uptime Robot

Uptimerobot, agak berbeda dengan program monitoring yang kita bicarakan sebelumnya. Uptimerobot adalah sebuah situs web yang menyediakan layanan monitoring network bagi para penggunanya. Para pengguna hanya tinggal melakukan registrasi di situs https://uptimerobot.com, dan selanjutnya menambahkan item yang akan dimonitor. Uptimerobot juga menyajikan perhitungan SLA (Service Level Agreement) versi uptimerobot, berdasar pada data uptime infrastruktur kita yang terpantau oleh Uptimerobot. Uptimerobot juga dapat melakukan pemantauan berdasar keyword. Sehingga pengguna dapat juga memantau kondisi, misal “Database tidak terhubung”. Kondisi tersebut secara kasar sudah terbaca sebagai HTTP 200 (Sukses). Namun kenyataan bahwa database tidak terhubung, seringkali tidak terpantau sebagai kondisi down. Uptimerobot memberikan solusi tersebut.

Uptimerobot relatif lebih aman dibanding situs lain yang menyajikan layanan online monitoring, seperti misalnya Nodequery. Nodequery sama seperti Uptimerobot, hanya saja Nodequery menuntut adanya penanaman agent di tiap server. Sehingga bagi para pengelola infrastruktur yang agak paranoid dengan penyusupan, hal ini cukup untuk membuat waswas.

aplikasi monitoring
Gambar 11. Penambahan item monitoring pada UptimeRobot, pilihan typenya cukup banyak
aplikasi monitoring
Gambar 12. Membuat item monitoring dari kondisi “database tidak terhubung”
aplikasi monitoring
Gambar 13. Monitor HTTP service
aplikasi monitoring
Gambar 14. Dashboard UptimeRobot

 

Bagaimana dengan memantau server di balik firewall dan proxy? UptimeRobot dapat memantau infrastruktur dengan melalui ping dan HTTP. Maka dengan demikian, sejauh HTTP dan ping tersebut dapat dijangkau, entah dengan DMZ dan reverse proxy, maka proses pemantauan tetap dapat dilakukan.

 

Baca juga : Checklist kesiapan Kampus untuk Adopsi Teknologi

 

Program Monitoring Manakah yang Paling Baik?

Aplikasi monitoring infrastruktur dan jaringan kampus sangat banyak ragam dan jenisnya di internet. Lima di atas hanyalah aplikasi-aplikasi populer yang banyak digunakan, cukup mudah penggunaannya, bersifat free ataupun opensource, dan pengembangannya cukup update. Di luar itu masih banyak program lain seperti :

  • Nodequery
  • WhatsUpGold (berbayar)
  • Cacti (expert user)
  • MRTG (monitoring traffic)
  • dan program-program lainnya

Ada juga program monitoring network sekaligus monitoring keamanan berbasis audit log, seperti :

  • ELK (Elastic)
  • Wazuh
  • OSSIM
  • OSSEC monitoring

Manakah yang paling bagus? Program monitoring memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Sehingga sangat bagus jika program tersebut disandingkan sebagai monitoring alternatif. Aplikasi layanan monitoring idealnya dipasang lebih dari satu, dan diletakkan pada tempat-tempat yang berjauhan, beda network, sebagai antisipasi jika salah satu monitoring-server juga mengalami insiden.

Kampus-kampus zaman now, yang hampir pasti memiliki infrastruktur cukup banyak, baik itu local server, public server, colocation, hingga cloud server di internet, sudah seharusnya memiliki program monitoring yang kompleks dan memiliki cadangan di beda network. Lho, bagaimana dengan kampus yang memilih jalur layanan SaaS eCampuz? Perlu monitoring? Tidak ada yang salah dengan mengadakan proses monitoring. Dengan monitoring, dengan mudah pihak kampus dapat menentukan rencana langkah apabila terpantau kondisi berubah. (Host up / Host down). Lho bagaimana jika kampus tidak memiliki server untuk monitoring sendiri? Pilihan penggunaan online monitoring seperti UptimeRobot dan online monitoring yang lainnya.

Nah, bagaimana? 😀 Untuk solusi kampus Anda, sudah menggunakan service monitoring yang mana?