Terkadang seseorang ketika bekerja dan susah untuk menjalankan sering mengatakan ini bukan passion saya. Atau ketika bertemu dengan mahasiswa salah jurusan, mendaftar fakultas ekonomi ketika sudah masuk susah mengikuti pelajarannya dan sering mengatakan bukan passion saya dan akhirnya pindah jurusan. Saat ditanya mengapa masuk fakultas ekonomi? Seringnya mereka menjawab “disuruh masuk orang tua karena memiliki prospek bagus”, ikut-ikutan teman atau pacar. Atau bisa juga mereka masuk sesuai keinginan mereka sendiri. Sebenarnya apa passion itu? Banyak orang mengartikan melakukan apa yang saya suka. Lalu misalkan saya suka rebahan, apakah bisa disebut dengan passion?
Jika kita berbicara mengenai passion, kita harus memiliki kapital yang besar. Maksudnya modal finansial harus besar dan bisa terhubung. Misalnya tentang rebahan, jika orang tuanya orang kaya, seorang pengusaha atau pejabat maka mereka aman dengan passion rebahannya. Bagaimana jika orang tuanya masuk golongan orang tidak mampu? Apakah passion rebahan bisa jadi solusi? Tentu saja tidak. mereka harus berusaha untuk mengubahnya. Jadi passion itu sebenarnya bisa kita bentuk dan fleksibel tergantung kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapainya. Misalnya, bagi mahasiswa yang terlanjur masuk di fakultas ekonomi maka mahasiswa tersebut harus mencari kesenangan di fakultas ekonomi untuk membentuk passion-nya. Atau ada orang yang tidak bisa memasak, tapi merasakan lapar dan ingin membuat makanan supaya bisa dimakan. Jika diberikan sebuah resep dan alat makan, perlahan-lahan akan bisa memasak dengan sendirinya. Atau misal seorang IT ditawari pekerjaan untuk mengurus hal bukan bidangnya. Misal, mengurus perpajakan dengan gaji besar. Diberikan fasilitas kursus untuk mempelajari perpajakan, tertarik dengan gaji menggiurkan, maka diambil lah tawaran tersebut. Otomatis yang bersangkutan akan memulai dari awal untuk mempelajari perpajakan agar menjadi ahli dibidang perpajakan.
Baca juga: Wahai Para Job Seeker, Coba Tips Berikut Ini
“Bagi sobat mahasiswa eCampuz, apa saja yang harus dipersiapkan sebelum memasuki dunia pekerjaan?”
Carilah lingkungan yang bisa membuat diri lebih produktif dan aktif. Keluarlah dari zona nyaman jangan cuma belajar di kelas lalu pulang ke kost. Carilah pengalaman diluar perkuliahan yang bisa menantang diri. Tekan diri untuk selalu produktif, kreatif, aktif. Misalnya cari pekerjaan part-time atau mengikuti organisasi di kampus. Ketika berorganisasi harus berpartisipasi dan memiliki peran di dalamnya. Kenapa harus mencari pengalaman diluar perkuliahan? Supaya bisa membentuk karakter kita dan mempersiapkan diri ketika terjun di dunia pekerjaan. Karena didunia pekerjaan banyak sekali tekanannya dan kita harus terbiasa dengan tekanan atau tantangan didunia kerja.
Bagi mahasiswa anggaplah kampus itu seperti bioskop dan kita sebagai konsumen penikmat pertunjukan film yang diputar di bioskop. Maksudnya, ketika kita menonton film bertanya-tanya kenapa filmnya alurnya begini dan begitu? Tidak mungkin pihak bioskop maupun karyawan memberi penjelasan. Pihak bioskop hanya menampilkan film saja dan kita lah yang mencari makna dari film tersebut. Kita harus mencari tahu tentang diri kita sendiri. Apa saja kelemahan kita, bakat apa saja yang kita punyai. Dalam pembentukan karakter manusia ada 3 macam, yaitu
Pertama; Terbiasa disiplin. Pembentukan karakter ini membutuhkan waktu lama dan konsisten. Misal, dari kecil terbiasa dengan sholat tepat waktu akan membentuk diri menjadi pribadi yang disiplin.
Kedua; Momen. Pembentukan karakter ini biasanya terjadi ketika ada sebuah peristiwa menimpanya. Misal, kejadian orang tua meninggal. Maka mau tidak mau harus mengubah dirinya menjadi pekerja keras karena tidak ada lagi yang mencari nafkah.
Ketiga; Niat besar. Seseorang ketika sadar bahwa apa yang dilakukannya sia-sia, banyak membuang-buang waktu. Maka selanjutnya harus bisa memperbaiki sifat-sifat yang ada dengan niat besar untuk tidak mengulangi kembali.
Baca juga: Lakukan Tracer Study dengan eAlumni
Bagi mahasiswa yang ingin mendapatkan pekerjaan bagus maka harus memantaskan diri dulu untuk memenuhi persyaratan. Yakni dengan meningkatkan dan mempersiapkan kompetensi dan potensi diri. Apa itu kompetensi dan potensi? Kompetensi merupakan suatu karya atau hasil dari usaha kita yang sifatnya tampak. Sedangkan potensi diri adalah bakat yang ada dalam diri kita dan sifatnya belum tampak. Untuk meningkatkan potensi diri kita membutuhkan orang lain untuk menilai kekurangan diri kita, supaya dapat mengembangkan potensi dalam diri. Jangan pernah merasa diri kita sudah baik dan tidak membutuhkan masukan dari orang lain. Memang proses meningkatkan potensi memalukan, tetapi akan lebih memalukan ketika kita merasa sudah baik dan ternyata itu sebuah kejelekan dalam diri kita.
Selain itu, kita harus mengeluarkan sebuah usaha sebanding dengan pekerjaan di perusahaan yang kita inginkan. Misal, perusahaan tersebut mewajibkan bisa berbahasa inggris maka kita harus tingkatkan kemampuan bahasa inggris. Bisa dengan kursus atau sering berbicara dengan orang asing, bukan hanya bermain game saja atau bermain-main yang tidak ada nilainya.
“Bagaimana dengan mahasiswa yang ingin merintis perusahaan?”
Tentu saja membangun perusahaan akan lebih sulit ketimbang mempersiapkan diri untuk bekerja di sebuah perusahaan. Mulai dari bersaing dengan perusahaan lain, bagaimana mengatasi finansial perusahaan, hingga mempertahankan perusahaan ketika bangkrut dan masih banyak tantangan lainnya. Dari pengalaman Menteri Pendidikan, Bapak Nadiem Makarim seorang CEO muda yang sukses, beliau juga menghadapi banyak tantangan ketika merintis sebuah bisnis. Beliau harus bekerja dahulu di perusahaan orang lain, agar tahu bagaimana menjadi bawahan sebelum menjadi pemimpin perusahaan. Dan tahu bagaimana proses mengoperasikan perusahaan tersebut. Dari pengalaman tersebut beliau jadi paham, bagaimana perusahaan itu berjalan, kebijakan apa saja yang ada, bagaimana cara pemimpin mengatur karyawan.
Mungkin banyak orang mengatakan Pak Nadiem Makarim bisa menjadi kaya karena beliau merupakan anak dari Bapak Anwar Makarim. Tetapi tidak semua anak orang kaya bisa menjadi pengusaha sukses seperti Pak Nadiem. Bisa jadi dari orang tuanya mengajarkan sesuatu sehingga membuat Pak Nadiem sukses, yaitu hal-hal yang memotivasi beliau.
Baca juga: mCampus, Cita-cita Besar untuk Menggapai Kampus Merdeka