Prahara Linux CentOS
Desember 2020, RedHat mengumumkan berhentinya dukungan repository rpm RedHat terhadap CentOS. Seluruh dukungan dinyatakan berhenti pada tahun 2021. Padahal CentOS 8 baru saja keluar, dan seharusnya berlaku hingga 2029. Hal ini berarti CentOS mati, delapan tahun sebelum waktu yang ditentukan. Seperti kita ketahui bersama bahwa Linux CentOS adalah salah satu distro sistem operasi Linux yang paling handal, menjadi andalan para webhosting beserta dengan program-program webhosting seperti WHM cPanel, Kloxo dan lain sebagainya. CentOS merupakan turunan RedHat yang menggunakan software package manager berupa RPM.
RedHat sendiri pada bulan Juli 2019 telah diakuisisi oleh IBM, sebuah raksasa dunia komputer yang sangat legendaris. RedHat menjadi salah satu linux tertua setelah Slackware. RedHat menjadi memiliki repo berbayar setelah RedHat 5. Saat itu muncullah konsorsium yang mengembangkan Linux CentOS yang mengusahakan tetap adanya fitur free dan open source bagi para pengguna Linux. RedHat kali ini menghentikan project CentOS, dan kali ini jelas membuat dunia IT berguncang. Berapa banyak pengguna CentOS di muka bumi ini? RedHat bersama IBM lantas menggelontorkan Linux CentOS Stream. Namun pernyataan dari tim Redhat, CentOS Stream bukanlah pengganti CentOS Linux.
Sejumlah software-software populer yang hanya ada di CentOS seperti cPanel, akhirnya memulai mempersiapkan porting development untuk ke Linux lainnya. Salah satu yang disasar adalah Ubuntu. Salah satu hal yang tidak disukai di Ubuntu oleh orang-orang pengguna CentOS adalah, cepatnya major update yang ada di Ubuntu. Hampir tiap tahun Ubuntu mengeluarkan update. Biasanya pada bulan ke 4 dan bulan 10. Oleh karena itu, Linux Ubuntu memiliki versi : Ubuntu 18.04, Ubuntu 18.10, Ubuntu 20.04 dan seterusnya. CentOS biasanya memiliki major update sekitar di atas 5 tahunan. Selebihnya minor update. Misal : CentOS 7.1, angka major adalah 7, angka minor adalah 1. Dalam beberapa tahun, CentOS hanya akan mengupdate minor saja. Dengan hilangnya dukungan terhadap CentOS, maka Linux apa saja yang dapat dijadikan pengganti oleh para pengguna Linux? Mari kita telaah satu persatu.
Alternatif pilihan pengganti Linux CentOS
Apa sih yang membedakan?
Sebelum menentukan pilihan pengganti, kita rinci dulu donng, apa sih yang sebenarnya membedakan Linux CentOS dengan yang lainnya? Berikut beberapa di antaranya.
- Kernel distro
- Package manager, jika kita menggunakan software-software di Centos adalah dengan berbasis .rpm, maka di ubuntu akan menggunakan .deb. Namun juga ada beberapa Linux lain yang menggunakan .rpm, namun berbeda dengan yang digunakan di CentOS. Misalnya adalah SuSE Linux.
- Struktur direktori. Struktur direktori ini sebenarnya cukup minor perbedaaanya. Para web administrator tentu akan mengenali bahwa CentOS akan menggunakan root directory apache : /etc/httpd. Sedangkan Debian atau Ubuntu akan menggunakan /etc/apache2.
- Dukungan terhadap software tertentu. Bagian ini adalah alasan paling kuat mengapa para pengguna CentOS harus mencari distro Linux yang mirip dengan CentOS. cPanel misal, hingga saat ini belum ada yang dapat dijalankan di OS lain, selain CentOS.
Para kandidat pengganti Linux CentOS
Berikut kandidat para pengganti Linux CentOS
1. Debian
Debian ini adalah ibunya Ubuntu. Packagenya berekstensi .deb. Debian termasuk salah satu Linux tertua dan induk dari banyak Linux. Mungkin Debian ini adalah induk dari Linux-linux masa kini yang paling banyak memiliki keturunan, antara lain :
- Ubuntu
- Xubuntu
- Edubuntu
- Linux Mint
- Kali Linux
- dan lain-lain
Hal ini menunjukkan bahwa Debian adalah Linux yang stabil dan dapat dipercaya untuk diturunkan menjadi distro-distro baru. Tapi perlu diingat. Jika aplikasi anda bisa sembarang Linux, maka Debian dapat menjadi pilihan menarik. Stabil, dan update. Cuma, jika anda memang mencari Linux dengan berbasis Redhat Package Manager yang benar-benar dapat menggantikan Linux Centos, maka Debian bukanlah pilihan. Di Debian, tidak ada yum seperti di CentOS. Adanya apt, atau apt-get.
Q : “Lho emang ada program di Centos yang gak bisa jalan di Debian?”
A : “Ada seperti cPanel, Kloxo. Ada juga Oracle Database Server for Linux, baik mode XE ataupun Oracle Database Server Full. “
Q : “Lha tapi kan ada program alien untuk mengkonversi RPM ke DEB?” (nyolot)
A : “Iya brow… cuma tidak semua bisa.”
2. Ubuntu
Ubuntu adalah anak Debian yang lebih terkenal ketimbang simboknya. Ubuntu ini dulu didesain untuk lebih mudah dipopulerkan sebagai Sistem Operasi yang gratis. Oleh karena itu logo Ubuntu adalah gambar tiga orang yang sedang bergandengan tangan memutar. Ubuntu sendiri konon adalah bahasa Afrika yang artinya “kemanusiaan untuk sesama”. Ubuntu muncul sebagai Linux yang sangat digemari para developer Distro, dan memiliki sub-Distro lain yang berkembang pesat. Update kernel dan fiturnya, sangat memanjakan para pengguna, dengan pengenalan hardware yang cukup bagus. Untuk Linux client, Ubuntu sudah sangat keren.
Ubuntu server memiliki tingkat update yang cukup cepat, seperti dijelaskan di prolog. Beberapa pihak sempat kami tanya “mengapa tidak menggunakan Ubuntu?”, jawabannya adalah : “update majornya sangat cepat”. Ya, sisi baiknya adalah Ubuntu sangat cepat update, ter-maintain dengan baik, sayangnya… beberapa software yang didukung harus segera deprecated dengan cepat. Seperti Debian, Ubuntu menggunakan apt untuk online install package manager. Jika anda mencari pengganti Linux CentOS yang berbasis RPM, anda tidak bisa menggunakan Ubuntu, sekalipun menggunakan alien.
3. OpenSuSE
OpenSuSE, pernah menjadi Linux education untuk tingkat SMK di Indonesia. OpenSuSE memiliki induk SuSE, yang memiliki kelengkapan software dukungan yang baik. OpenSuSE adalah sebuah Linux free dari SuSE yang dukungan softwarenya cukup baik. Di sisi enterprise SuSE memiliki SLES yang terhitung cukup bagus updatenya juga. SuSE juga menggunakan rpm, mengadosi dari RedHat juga. Untuk instalasi package nya menggunakan zypper (text based) dan yast (gui, gui-text). Yast ini klaim dari teman-teman pengguna openSuSE adalah package manager paling enak se-Linux Raya.
Q: “Berarti bisa dipakai buat nggantiin Linux Centos dong, kan RPM-an”
A: “Gak semudah itu Ferguso!… Beberapa percobaan yang telah dilakukan tim eCampuz, tidak begitu saja dapat menjalankan program-program khusus CentOS di SuSE.. “
Q: “Masa?”
A: “Try It.. Karena selain format package tidak 100% mirip, struktur direktori juga ada perbedaan”
4. CloudLinux
CloudLinux merupakan sebuah distro OS yang dibangun secara khusus untuk kemudahan dan kelengkapan manajemen Datacenter. Dibangun dengan berbasis RPM, dan dibuat mirip dengan CentOS. Keunggulan CloudLinux ini, dia sangat matang dalam mengatur quota user, termasuk quota resource (sumber daya) yang ada di dalam, seperti CPU, Memory, hingga database shared. Sayangnya memang untuk CloudLinux ini masih tersedia dalam kondisi License saja. Jika instansi kita memang membutuhkan risk management resource cukup tinggi, membeli CloudLinux sangat baik untuk pengganti CentOS. Program-program Linux CentOS berjalan baik di CloudLinux. cPanel juga sudah dapat dipastikan berjalan di Linux ini.
CloudLinux sebenarnya sudah cukup lama ada, namun baru belakangan ini mulai dilirik sebagai pengganti CentOS. Banyak webhosting-webhosting di Indonesia yang sudah melirik CloudLinux ini.
5. Rocky Linux
Nama RockyLinux, tiba-tiba mencuat tinggi, dan diharapkan dapat menjadi pengganti Linux CentOS. Rocky Linux masih terus dikembangkan untuk dapat memenuhi kebutuhan banyak pihak setelah musnahnya CentOS tinggap menunggu hari. Dari dokumentasi https://wiki.rockylinux.org/ dapat dilihat bahwa para developer dan kontributor bekerja keras untuk mewujudkan impian itu. Rocky Linux diciptakan dengan menggunakan package manager RPM, dan menggunakan package updater : DNF, seperti YUM tapi bawaan dari Fedora versi masa kini. Kita doakan saja Rocky Linux ini segera stabil dan dapat digunakan untuk menjadi pilihan banyak pengguna.
6. Oracle Linux
jangan kacau dengan Oracle Database Server for Linux, dengan Oracle Linux. Ada untungnya juga si dulu Oracle segera membuat Oracle Linux. Oracle Linux versi terakhir adalah Oracle Linux 8. Dia jelas sekali berbasis RPM, servernya secara default adalah GUI. Mengapa? Karena Oracle Linux memang disiapkan untuk penggunaan Oracle Database Server for Linux. Pernah install Oracle Database Server for Linux ? Untuk full version (bukan yang Oracle-XE), selalu akan meminta mode GUI.
Oracle, tidak main-main dalam hal ini. Dia kini menyatakan juga gratis untuk penggunaan Oracle Linux, seperti pada link ini : https://www.oracle.com/linux/technologies/oracle-linux-downloads.html. Tidak main-mainnya Oracle juga terlihat dari kesiapan menyediakan free repository! Oracle menyatakan :
“Tidak seperti Linux commersial lainnya, Oracle Linux mudah didownload, sepenuhnya gratis untuk digunakan, didistribusikan dan update”
Update Package Manager pakai apa ya? Oracle Linux memang berbasis RPM, dulu Oracle Linux ini menggunakan yum untuk melakukan update install. Namun sejak Oracle Linux 8, sudah mulai menggunakan dnf untuk instalasi fitur dan paket.
Apakah sudah bisa untuk mengganti Linux CentOS? Oracle Linux adalah Linux free yang paling update dan mendekati CentOS. Oleh karena itu risiko untuk pindah ke Oracle Linux, akan lebih kecil dari pada pindah ke distro yang lainnya.
So Pilih yang Mana Sobat?
Pilihan akan tergantung pada selera, risiko, hingga hal-hal teknis lainnya. Jika kita akan instal PC Server kita sendiri, kita dapat memilih akan menggunakan distro apa. Namun ada yang perlu diingat, bahwa tidak semua Linux alternatif itu tersedia di provider Cloud VPS, jika kita menggunakan VPS. (Tentang cloud VPS dapat dilihat di sini). Selama tim eCampuz terlibat di vendor-vendor VPS cloud, masih minim yang menggunakan Oracle Linux. Namun boleh deh kita doakan agar para penyelenggara VPS itu segera dapat melengkapi dengan distro-distro Linux pengganti Linux CentOS.